Kamis, 17 Desember 2015

KOPIKU

KOPIKU

Heningnya malam terusik dengan bisingnya suara PES di salah satu kamar mahasiswa universitas di jakarta, Kamar yang lain nampak lengang, yang ada hanya suara dengkuran karena rasa capek. Ada empat pasang mata yang masih terbuka di kamar itu, dengan di temani oleh segelas kopi hitam yang ampasnya lama gak mendeg mereka berjuang mempertahankan timnya untuk menuju final. Selagi tangan berkutik dengan joystick yang sudah agak usang mereka ngobrol ngalur-ngidul. Dengan tangan kanannya si komet menjangkau kopi yang ada di sebelah kiri laptop.
“kopi apa ini?” tanya si komet, 
“kopi kalap api met” balas acan si penggemar kopi. 
“Can kopi tuh asalnya dari mana sih?”timpal oteng.
Dengan perlahan acan mengambil segelas kopi sebelum menjawab pertanyaan oteng dan menyeruputnya perlahan menikmati pahit di balik manisnya kopi hitam itu.
“kopi itu awalnya di temukan gak sengaja ama penggembala kambing di timur tengah, dia tercengang ketika melihat kambingnya trengginas, dari sini dia cari tahu kenapa kambingnya jadi seger kaya gitu, dia mulai menyusuri tanah lapang tersebut lalu matanya terpaku pada butiran kecil yang kambing lain sedang memakannya kemudian dia mengambilnya dan ringkas cerita dia meramunya menjadi minuman yang menyegarkan, intinya kopi itu berawal dari timur tengah sana”
“keren lu can, tahu banyak tentang kopi” si komet berkomentar, “lu suka kopi?”
“yo maaaaan” acan bersemangat menjawabnya.
“terus khasiat kopi itu sendiri apa can? Kenapa banyak banget penggemarnya..”
“Sejarah mencatat bahwa penemuan kopi sebagai minuman berkhasiat dan berenergi pertama kali ditemukan di benua Afrika sekitar 3000 tahun (1000 SM) yang lalu. Kopi kemudian terus berkembang hingga saat ini menjadi salah satu minuman paling populer di dunia yang dikonsumsi oleh berbagai kalangan masyarakat. Indonesia sendiri telah mampu memproduksi lebih dari 400 ribu ton kopi per tahunnya. Di samping rasa dan aromanya yang menarik, kopi juga dapat menurunkan risiko terkena penyakit kanker, diabetes, batu empedu, dan berbagai penyakit jantung”.
Tak terasa jarum sudah menunjuk angka 2, tidak tahu kapan mereka akan menyudahi permainan itu, yang pasti jam bukanlah alasan yang bisa menghentikan mereka. Mungkin segelas kopi itu yang kini tinggal setengah menjadi batasan mereka bermain. Entah apa yang ada di otak mereka, hingga rela mengurangi jam tidurnya untuk bermain PES.
“gua kalah mulu sih, capek gua kalah terus. Sakitnya tuh disini” kata oteng sambil menuding dadanya.
“Hahahahah” yang lain terbahak bahak melihat ekspresi oteng.
“teng, mending lu ngopi dulu nih” komet menawari.
“kagak lah gua mau tidur”
Akhirnya satu persatu dari mereka menyerahkan tubuhnya kepada nyamuk.