PERBEDAAN ANTARA DESA DENGAN KOTA DAN PERBEDAAN MASYARAKAT DESA DENGAN MASYARAKAT KOTA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Antara desa dan
kota secara sepintas kilas hanya mengenai perbedaan geografis saja, tetapi bila
kita lihat secara mendasar tidaklah demikian. Bahwa kota dan desa mempunyai
perbadaan yang unik dan kompleks sekali. Baik dilihat dari segi jumlah
penduduknya, sosial ekonominya, kebudayaan, tata nilai dan normanya. Oleh
karena itu bila kita akan mempelajari masyarakat kota di satu pihak dan
masyarakat kota di lain pihak, kita harus melihat secara utuh dan komplek pula.
`persekutuan
hidup yang paling kecil di mulai saat manusia primitif mencari makan. Kenyataan
ini disesaikan dengan persediaan makanannya. Berkembangnya cara bertani
menyebabkan lahirnya suatu persekutuan hidup permanen pada suatu tempat, desa,
dengan sifat yang khas, yaitu : (a) kekeluargaan, (b) adanya kolektifitas dalam
pembagian tanah dan pengerjaannya, (c) ada kesatuan ekonomis yang memenuhi
kebutuhan sendiri. Menurut koentjaraningrat, suatu masyarakat desa menjadi
suatu persekutuan hidup dan kesatuan sosial didasarkan pada dua prinsip :
a.
Prinsip hubungan
kekerabatan (geneologis).
b.
Prinsip hubungan
tinggal dekat/teritorial.
Kurang lebih 81,2% dari wilayah
Indonesia bertempat tinggal di desa. Partisipasi masyarakat pedesaan amat di
perlukan bagi hasilnya pembangunan dan sekaligus akan dapat meningkatkan
penghidupan masyarakat di pedesaan.
Dalam kesempatan kali ini penulis akan
membahas tentang desa dan sesuatu yang berhubungan dengan desa dalam makalah ini.
Akan tetapi dengan keterbatasan penulis makalah ini hanya membahas materi yang
di tentukan secara ringkas saja.
B. Rumusan masalah
1.
Pengertian desa.
2.
Unsur-unsur
desa.
3.
Fungsi dan
ciri-ciri desa.
4.
Perbedaan antara
masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan.
C. Batasan masalah
Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah
mengenai pembahasan secara ringkas mengenai desa dan sesuatu yang berhubungan
dengan desa.
D. Maksud dan tujuan
Tujuan di
buatnya makalah ini adalah :
1.
Mengetahui
pengertian desa
2.
Mengetahui
unsur-unsur desa
3.
Mengetahui
fungsi desa
4.
Mengetahui perbedaan
antara masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan
E. Metode penelitian
Metode yang penulis lakukan dalam menyusun karya tulis ini adalah
menggunakan metode pustaka dan mencari sumber-sumber informasi yang terdapat
dalam lliteratur yang Insyaallah dapat dipercaya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengetian
Desa ialah suatu
hasil perpaduan antara kegiatan sekelompok manusia dengan lingkungannya. Hasil
dari perpaduan itu ialah suatu wujud atau kenampakan di muka bumi yang di
timbulkan oleh unsur-unsur fisiografi, sosial, ekonomi, politik, dan
kulturalyang saling berinteraksi antar unsur tersebut dan juga dalam
hubungannya dengan daerah lain.
Menurut Sutardjo
Kartohadikusumo, menyatakan bahwa :
“desa ialah
suatu kesatuan hukum dimana bertempat tinggal suatu masyarakat yang berkuasa
mengadakan masyarakat sendiri.”
Menurut Bintarto desa merupakan
perwujudan atau kesatuan geografi, social, ekonomi, politik dan kultural yang
terdapat di situ (suatu daerah) dalam hubungannya dan pengaruhnya secara timbal-balik
dengan daerah lain.
Menurut Bambang Utoyo Desa
merupakan tempat sebagian besar penduduk yang bermata pencarian di bidang
pertanian dan menghasilkan bahan makanan.
Sedangkan menurut Paul h. Landis,
desa adalah penduduknya kurang dari 2.500 jiwa. dengan cirri-ciri sebagai
berikut :
·
Mempunyai
pergaulan hidup yang saling kenal mengenal antra ribuan jiwa
·
Ada pertalian
perasaan yang sama tentang kesukuaan terhadap kebiasaan
·
Cara berusaha
(ekonomi) aalah agraris yang paling umum yang sangat dipengaruhi alam sekitar
seperti iklim, keadaan alam, kekayaan alam, sedangkan pekerjaan yang bukan
agraris adalah bersifat sambilan.
Menurut
Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, disebut bahwa Desa
adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang
berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat,
berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati
dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
B. Unsur-unsur desa
A.
Daerah, dalam
arti tanah-tanah yang produktif dan yang tidak, besrta penggunanya, termasuk
juga unsur lokasi, luas dan batas yang merupakan lingkungan geografis setempat.
B.
Penduduk, adalah
hal meliputi jumlah, pertambahan kepadatan, persebaran dan mata pencaharian
penduduk setempat. Penduduk adalah unsur yang penting bagi desa. “Potential man
power” terdapat di desa yang masih terikat hidupnya dalam bidang pertanian.
C.
Tata kehidupan,
dalam hal ini pola tata pergaulan dan ikatan-ikatan pergaulan warga desa, jadi
menyangkut seluk –beluk kehidupan masyarakat desa.
unsur lain yang
termasuk unsur desa adalah unsur letak. Pada umumnya letak suatu desa selalu
jauh dari kota atau dari pusat keramaian. Unsur letak menentukan besar kecilnya
isolasi suatu daerah terhadap daerah lain.
Corak kehidupan
di desa di dasarkan pada ikatan kekeluargaan yang erat.masyarakat merupakan
gameinschaft yang memiliki unsur gotong royong yang kuat.
Faktor
lingkungan geografis memberi pengaruh juga terhadap kegotong royongan ini,
misalnya :
a.
Faktor topografi
setempat yang memberikan suatu ajang hidup dan suatu bentuk adaptasi kepada
penduduk.
b.
Faktor iklim
yang dapat memberikan pengaruh positif maupun negatif terhadap penduduk
terutama petani-petaninya.
c.
Faktor bencana
alam yang harus dihadapi dan dialami bersama.
C. Fungsi dan ciri-ciri desa
Pertama, dalam
hubungannya dengan kota, maka desa yang merupakan “hinterland” atau daerah
dukung berfungsi sebagai suatu daerah pemberi makanan pokok seperti padi,
jagung, ketela, dll.
Kedua,
desa di tinjau dari sudut potensi ekonomi berfungsi sebagai lumbung bahan
mentah (raw material) dan tenaga kerja (man power) yang tidak kecil artinya.
Ketiga,
dari segi kegiatan kerja (occupation) desa dapat merupakan desa agraris, desa
industri, desa nelayan, dll.
Menurut
Sutopo Yuwono : “salah satu peranan peranan desa terletak di bidang ekonomi.
Daerah pedesaan merupakan tempat produksi pangan dan tempat produksi komoditi
ekspor. Peranan yang vital menyangkut produksi pangan yang akan menentukan
tingkat kerawanan dalam jangka pembinaan ketahanan nasional. Oleh karena itu,
peranan masyarakat pedesaan dalam mencapai sasaran swasembada pangan adalah
bersifat vital.
Keberhasilan
dalam menggali dan mengembangkan potensi daerah pedesaan yang bermacam-macam
itu akan memperkuat ketahanan secara nasional.
Ciri-ciri masyarakat pedesaan adalah sebagai berikut:
1.
Di dalam
masyarakat pedesaan memiliki hubungan yang lebih mendalam dan erat bila
dibandingkan dengan masyarakat pedesaan lainnya di luar batas-batas wilayahnya.
2.
System kehidupan
umumnya berkelompok dengan dasar kekeluargaan (gemeinschaft atau paguyuban)
3.
Sebagian besar
warga masyarakat hidup dari pertanian. Pekerjaan-pekerjaan yang bukan pertanian
merupakan pekerjaan sambilan (part time) yag biasa mengisi waktu luang.
4.
Masyarakat
tersebut homogen, seperti dalam hal mata pencaharian, agama, adat-istiadat dan
sebagainya.
Masyarakat pedesaan identic
dengan istilah ‘gotong-royong’ yang merupakan kerja sama untuk mencapai
kepentingan-kepentingan mereka.cam itu akan memperkuat ketahanan secara
nasional.
D. Perbedaan Masyarakat Pedesaan Dan Masyarakat Perkotaan
Kehidupan
masyarakat pedesaan sangatlah berbeda dengan masyarakat perkotaan. Perbedaan
yang mendasar antara keduanya adalah berasal dari keadaan lingkungan, yang
mengakibatkan adanya dampak terhadap personalitas dari segi-segi kehidupan.
Kesan populer masyarakat perkotan terhadap masyarakat pedesaan adalah bodoh,
lambat dalam berpikir dan bertindak, serta mudah tertipu, dsb. Ini disebabkan
masyarakat perkotaan mengamatinya sepintas, dan kurang pengalaman dengan
keadaan lingkungan pedesaan.
Untuk
menentukan suatu komunitas apakah termasuk masyarakat pedesaan atau masyarakat
perkotaan, dari segi kuantitatif sulit dibedakan karena adanya hubungan antara
konsentrasi penduduk dengan gejala sosial. Lebih sesuai apabila menenentukannya
dari segi kualitas atau kriteria kualitatif, dimana struktur, fungsi, ada-
istiadat, serta corak kehidupannya dipengaruhi oleh proses penyesuaian ekologi
masyarakat.
Masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan
masing-masing dapat diperlakukan sebagai sistem jaringan yang kekal dan
penting. Untuk membedakan dari kedua masyarakat tersbut dapat di telusuri dari
:
1.
Lingkungan umum
dan orientasiterhadap alam.
Masyarakat
pedesaan berhubungan erat dengan alam, disebabkan oleh letak geografinya.
Mereka sulit mengontrol kenyataan alam yang dihadapinya, padahal para petan
realitas alam sangatlah vital dalam menunjang kehidupannya. Penduduk yang
tinggal di desa akan banyak ditentukan oleh kepercayaan-kepercayaan dan
hukum-hukum alam. Tentu ini sangat berbeda dengan masyarakat perkotaan yang
bebas dari realitas alam.
2.
Pekerjaan atau
mata pencaharian.
Pada umumnya
pekerjaan masyarakat pedesaan adalah bertani. Tetapi mata pencaharian berdagang
merupakan pekerjaan sekunder dari pekerjaan yang nonpertanian. Sebab beberapa
daerah pertanian tidak lepas dari kegiatan usaha atau industri. Seorang petani
harus kompeten dalam berbagai keahlian seprti memelihara tanah, bercocok tanam,
pemasaran, dan sebagainya. Sedangkan mata pencaharian masyarakat perkotaan
cenderung terspesialisasi, seperti menjadi manajer sebuah perusahaan, ketua
dalam sebuah birokrasi. Jadi keahlian seorang petani lebih luas dibandingkan
masyarakat perkotaan.
3.
Ukuran
komunitas.
Komunitas dalam
suatu pedesaan biasanya lebih kecil dari pada komunitas di perkotaan.
4.
Kepadatan
penduduk
Penduduk desa
kepadatannya lebih rendah bila di bandingkan dengan kepadatan penduduk kota.
Kepadatan penduduk suatu komunitas kenaikannya berhubungan dengan klasifikasi
dari kota itu sendiri.
5.
Homogenitas dan
heterogenitas.
Homogenitas atau
persamaan dalam ciri-ciri sosial dan psikologi, bahasa, kepercayaan,
adat-istiadat, dan perilaku sering nampak pada masyarakat pedesaan bila di
banding dengan masyarakat perkotaan. Sebaliknya, di kota penduduknya heterogen,
terdiri dari orang-orang dengan macam-macam subkultur dan kesenangan,
kebudayaan, matapencaharian. Sebagai contoh, dalam perilaku, dan juga bahasa,
masyarakat kota lebih heterogen. Hal ini dikarenakan daya tarik dari mata
pencaharian, pendidikan, komunikasi, dan transportasi, menyebabkan kota menarik
orang-orang dari berbagai etnis untuk berkumpul di kota.
6.
Difernsiasi
sosial.
Keadaan
heterogen dari penduduk kota berindikasi pentingnya derajat yang tinggi dalam
diferensiasi sosial. Berbeda dengan
penduduk desa, tingkat homogenitas alami yang cukup tinggi, dan berdiri sendiri
dengan derajat yang rendah dari pada diferensiasi sosialnya.
7.
Pelapisan
sosial.
Kelas sosial di
dalam masyarakat sering nampak dalam perwujudan seperti piramida sosial, yaitu
kelas-kelas yang tinggi berada pada posisi atas piramida, kelas menengah ada
diantara kedua tingkat kelas ekstrem dari masyarakat.
8.
Mobilitas sosial.
Terjadinya
mobilitas sosial ini disebabkan oleh masyarakat kota yang heterogen,
terkonsenterasinya kelembagaan-kelembagaan, saling tergantungnya
organisasi-organisasi, dan tingginya diferensiasi sosial. Mobilitas lebih
sering terjadi di kota di bandingkan di desa. Mobilitas teritorial lebih sering
di temukan di kota dari pada di desa, dan segi-segi penting dari mobilitas
tersebut adalah :
a.
Banyak penduduk
yang pindah rumah ke rumah lain, karena sistem kontrak yang ada di perkotaan;
dan di desa tidaklah demikian.
b.
Waktu yang
tersedia bagi penduduk kota untuk bepergian per satuan penduduk lebih banyak di
bandingkan dengan orang-orang desa.
c.
Bepergian setiap
hari di dalam atau di luar dan pusat penduduk lebih besar di kota di bandingkan
di desa.
d.
Waktu luang di
desa lebih sedikit di bandingkan di desa, karena mobilitas penduduk kota lebih
tinggi.
9.
Interaksi
sosial.
Perbedaan antara
interaksi sosial di desa dan di kota sangatlah kontras, baik dari segi kualitas
maupun kuantitasnya. Perbedaannya di antaranya :
a.
Masyarakat
pedesaan lebih sedikit jumlahnya dan tingkat mobilitas sosialnya lebih rendah,
maka kontak pribadi per individu lebih sedikit.
b.
Dalam kontak
sosial berbeda secara kuantitatif maupun secara kualitatif. Penduduk kota lebih sering kontak, tetapi cenderung
formal sepintas lalu, tidak bersifat pribadi (impersonal), tetapi melalui tugas
atau kepentingan yang lain. Berbeda dengan di desa, yang lebih banyak dengan
tatap muka, ramah-tamah (informal), dan pribadi.
10.
Pengawasan
sosial.
Tekanan sosial
oleh masyarakay pedesaan lebih kuat karena kontaknya yang bersifat pribadi dan
ramah-tamah (informal), dan keadaan masyarakat yang homogen. Penyesuaian
terhadap norma-norma sosial lebih tinggi dengan tekanan sosial yang informal,
dan nantinya dapat berarti sebagai pengawasan sosial. Di kota pengawasan sosial
lebih bersifat formal, pribadi, kurang terkena aturan yang di tegakkan, dan
peraturan lebih menyangkut masalah pelanggaran.
11.
Pola
kepemimpinan.
Kepemimpinan di
pedesaan cenderung banyak di tentukan oleh kualitas pribadi dari individu.
Keadaan ini di sebabkan oleh lebih luasnya kontak tatap muka, dan individu
lebih banyak saling mengetahu. Misalnya karena kesalehan, kejujuran, jiwa
pengorbanannya dan pengalamannya.
12.
Standar
kehidupan
Berbagai
keperluan masyarakat, pendidikan, rekreasi, fasilitas agama dan fasilitas lain
akan menyenangkan bila disediakan dan cukup nyata di rasakan oleh penduduk yang
jumlahnya padat, Inilah keadaan yang terjadi di kota. Sedangkan di desa
terkadang tidaklah demikian, orientasi hidup dan pola pikir yang sederhana dan
standar hidup demikian kurang mendapat perhatian.
13.
Nilain dan
sistem nilai.
Nilai dan sistem
nilai di desa dengan di kota berbeda, dan dapat diamati dalam kebiasaan, cara,
dan norma yang berlaku.pada masyarakat pedesaan, misalnya mengenai nilai-nilai
keluarga, dalam masalah bergaul dan mencari jodoh kepala keluarga masih
berperan. Nilai-nilai agama yang masih di pegang dalam bentuk pendidikan agama
(madrasah). Dan masih banyak lagi nilai lainnya yang berbeda dengan masyarakat kota.
Dalam hal ini masyarakat kota bertentangan atau tidak sepenuhnya sama dengan
sistem nilai di desa.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian diatas sedikit banyak
kita dapat memperoleh gambaran tentang kompleksitas dari masyarakat pedesaan.
Desa ialah suatu hasil perpaduan
antara kegiatan sekelompok manusia dengan lingkungannya. Hasil dari perpaduan
itu ialah suatu wujud atau kenampakan di muka bumi yang di timbulkan oleh
unsur-unsur fisiografi, sosial, ekonomi, politik, dan kultura yang saling
berinteraksi antar unsur tersebut dan juga dalam hubungannya dengan daerah
lain.
Antara desa dan kota secara sepintas
kilas hanya mengenai perbedaan geografis saja, tetapi bila kita lihat secara
mendasar tidaklah demikian. Bahwa kota dan desa mempunyai perbadaan yang unik
dan kompleks sekali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar