Rabu, 12 April 2017

PUISI / SYAIR : RINDU BIDADARI

RINDU BIDADARI
oleh Akhsanul Marom

Air, api, tanah, angin lebur menjadi satu.
Semua panca indra merasakan kehadirannya.
Bagai senandung yang mengalun dari dahan kering pohon kelapa terdengar sayup di telinga.
Kubuka mata, kubuka hati, kubuka pikiran.
Mengikuti irama senandungnya yang terseret angin.
Kunikmati irama dan nadanya hingga mengantuk mata ini.
Terekam semua dipikiran ini.
Ingin ku tulis makna apa yang ingin disampaikannya.
Lama, lama, lama, senandung itu berubah menjadi erangan menyakitkan.
Tak ku sangka perlahan senandungnya memekakan telinga.
Tak kusangka badanku membiru kaku bagai burung kecil yang tersiram hujan.
Suara hatipun tak bisa terdengar, air mata meleleh tanpa harus diminta.
Kadar oksigen terasa menipis, aku rasa ada yang menutup jalannya.
Kucoba tuk terbang meninggalkan dahan ini, tapi sayapku telah patah tersayat olehnya.
Kucoba berlari menjauh dari dahan ini, tapi kakiku tertusuk duri tanpa kusadari.
Kumeloncat setengah menggigil merasakan ketakutan dan kedinginan yang menerpa.
Tanah terasa dingin ku injak tanpa alas kaki.
Rasanya inginku masukkan tubuh ini kedalam lidah api.
Badanku semakin menggigil melihat air mengalir memuncratkan titik titiknya dari batu hitam tempatku bersemedi.
Ini adalah kerinduan dalam hati yang jatuh cinta pada bidadari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar